Semboyan Hidup Tentang Menuntut Ilmu

Semboyan Hidup Tentang Menuntut Ilmu

Ilmu adalah warisan para Nabi

Rasulullah SAW bersabda: “Dan dalam sesungguhnya Nabi – Nabi tidak pernah mewariskan uang emas serta tidak pula uang perak, namun untuk mereka yang telah mewariskan ilmu (ilmu syar’i) barang siapa yang telah mengambil atas warisan tersebut maka sesungguhnya ia sudah mengambil pada bagian yang banyak.” (HR Ahmad).

Hal ini menunjukkan bahwa dalam keutamaan menuntut ilmu ini akan lebih tinggi daripada uang serta emas yang dalam sifat materi. Karena, ketika seseorang memiliki ilmu serta hingga mengajarkannya, maka dalam hal tersebut akan menjadi sebuah amal jariyah yang terus mengalir bahkan ketika orang tersebut sudah meninggal dunia.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait :

Arti Menuntut Ilmu, Kewajiban, serta Keutamaannya – Ilmu merupakan sebuah kunci akan segala kebaikan serta pengetahuan. Ilmu menjadi sebuah sarana untuk bisa menjalankan apa yang menjadi perintah Allah kepada kita. Tidak akan sempurna akan keimanan serta tak sempurna pula amal kecuali dengan keutamaan sebuah ilmu. Dengan ilmu Allah disembah, dengannya juga hak Allah dijalankan, serta dengan ilmu pula agama-Nya disebarkan.

Hal ini yang sebuah membuat kebutuhan pada sebuah ilmu lebih besar serta dibandingkan kebutuhan pada makanan serta minuman, sebab pada keberlangsungan agama serta dunia bergantung dengan ilmu. Manusia akan lebih memerlukan ilmu daripada sebuah makanan juga minuman. Karena pada makanan dan juga minuman hanya dibutuhkan sebanyak dua hingga tiga kali sehari, sedangkan ilmu terus diperlukan pada setiap waktunya.

Sebagian dari antara kita mungkin bisa menganggap bahwa dalam hukum menuntut ilmu agama hanya sekadar sunnah, yang artinya akan mendapat pahala untuk mereka yang melakukannya serta tidak akan berdosa bagi siapa saja yang meninggalkannya.

Padahal ada terdapat banyak beberapa kondisi di mana dalam hukum menuntut ilmu agama adalah wajib untuk setiap Muslim (fardhu ‘ain) sehingga berdosalah untuk mereka orang yang meninggalkannya.

Brilio.net - Pendidikan memberikan pengaruh besar bagi kehidupan manusia. Sebab dengan mengenyam pendidikan seseorang akan memiliki ilmu dalam menjalani kehidupan. Tak melulu lewat sekolah, pendidikan juga bisa didapat dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam agama Islam sendiri, seluruh kaum muslim, baik perempuan maupun laki-laki dianjurkan untuk menuntut ilmu sejauh mungkin. Dengan menuntut ilmu, kita dapat menghindarkan diri dari kebodohan dan memperkuat rasa cinta serta syukur kepada Allah SWT. Umat muslim telah diajarkan dalam menuntut ilmu tidak terpaku pada satu hal saja. Banyak hal yang dapat dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Dalam berproses mengenyam pendidikan, tentunya setiap orang membutuhkan penyemangat agar termotivasi untuk menjalankannya. Untuk meningkatkan semangat belajar kamu pun membaca dan berpegang teguh pada motto hidup Islami pendidikan. Ada banyak kumpulan motto hidup Islami pendidikan, mulai dari hadist hingga quote para tokoh Islam.

Berikut brilio.net rangkum 95 motto hidup Islami pendidikan dihimpun dari berbagai sumber,Jumat (26/11).

Manfaat yang akan terus mengalir walaupun sudah meninggal

Rasulullah SAW bersabda: “Apabila anak serta cucu Adam meninggal dunia, maka akan terputuslah amalannya kecuali dengan tiga jalur: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat serta anak shalih yang senantiasa akan mendoakannya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Siapa yang tidak ingin terus menerus untuk bisa mendapatkan pahala walaupun telah meninggal dunia. Hal tersebut akan didapatkan oleh orang yang telah bersungguh-sungguh saat menuntut ilmu. Karena, ilmu tersebut tidak hanya bermanfaat untuk dirinya, namun juga berpengaruh untuk orang lain.

Keutamaan dalam ilmu ini sebaiknya bisa sebab untuk para setiap Muslim senantiasa bersemangat serta bersungguh-sungguh dalam perjalanan menuntut ilmu.

Syaikh Az Zarnuji juga mengatakan, bahwa dalam antara hal yang penting pada menuntut ilmu yang perlu diperhatikan yaitu fil jiddi atau kesungguhannnya. Apabila sesuatu dilakukan dengan kesungguhan, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan memberi keberhasilan di dalamnya. Selain kesungguhan (al jiddu), yang juga perlu diiringi dengan sebuah sikap kesungguhan yang kemudian terus menerus (al muwazobah) serta komitmen (al muzallimah) atas menuntut ilmu. Tiga sikap tersebut harus terus ada dalam diri seorang pelajar serta berjalan beriringan, tidak dapat hanya menjalani salah satunya saja.

Wajib untuk setiap pelajar, yang bersungguh-sungguh, terus menerus, serta komitmen, tidak berhenti jika tujuannya dalam menuntut ilmu dapat tercapai. Sebagaimana dalam firman Allah QS. Maryam: 12 yang artinya, “Wahai Yahya, ambillah kitab itu dengan kuat”, serta dalam QS Al Ankabut: 69 yang pada artinya, “Dan pada orang-orang berjuang, untuk bisa mencari keridhaan Kami, niscaya Kami akan tunjukkan mereka jalan-jalan menuju kita”.

Diucapkan Az Zarnuji, barangsiapa yang sudah mencari sesuatu serta dilakukannya dengan sikap sungguh-sungguh, pasti mereka akan mendapatkannya. Serta barangsiapa yang mengetuk pintu secara terus menerus, pasti bisa masuk. Dikatakannya pula, bahwa dengan sesuai kesungguhannya, seseorang pasti akan bisa mendapatkan apa yang menjadi harapannya.

Dalam makna kesungguhan ini, Az Zanurji menjelaskan dalam kesulitan yang dihadapi seseorang akan bisa selesai dalam kesungguhan, terutama ketika kesulitan yang sudah dihadapi saat proses belajar. Allah akan bisa memberikan pertolongan pada seseorang bila Allah menghendaki. Kesulitan bisa selesai dengan kesungguhan menjadi sebuah anugerah dari Allah subhanahu wa ta’ala serta dalam kekuasaan-Nya.

Kesungguhan di dalam belajar serta memperdalam sebuah ilmu bukan hanya dari sebbuah pelajar semata namun dalam kesungguhan ini juga diperlukan kesungguhan dari tiga (3) orang, yakni pelajar (murid), guru, serta orang tua. Apabila murid, guru, serta orang tua sungguh-sungguh, insya Allah hal tersebut akan berhasil, kesulitan menuntut ilmu, dalam belajar akan bisa selesai.

Manusia yang diperintahkan Allah untuk belajar serta menuntut ilmu. Hanya saja memang kualitas terhadap akal manusia itu dengan kapasitas yang berbeda-beda. Kesungguhan inilah yang menjadi sebuah kunci. Dengan kesungguhan tersebut, sesuatu yang sulit itu akan dimudahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Pentingnya Niat yang Ikhlas dalam Menuntut Ilmu

Niat adalah fondasi utama ketika seseorang memutuskan untuk menuntut ilmu. Niat yang ikhlas akan memandu seseorang untuk berusaha mencari ilmu dengan cara yang benar dan tanpa mengharapkan pujian atau keuntungan duniawi. Dalam ajaran agama, niat merupakan salah satu faktor yang menentukan keberkahan dari ilmu yang dipelajari. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa memeriksa niat ketika belajar.

Memilih Sumber Ilmu yang Tepat

Sumber ilmu yang kita pelajari sangat mempengaruhi kualitas pengetahuan yang didapatkan. Di era digital ini, akses terhadap informasi sangatlah mudah, namun tidak semua informasi yang ada bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Oleh karena itu, pastikan untuk belajar dari sumber yang kredibel, baik itu buku, guru, atau media pembelajaran daring yang tepercaya.

Allah SWT Akan Meninggikan Derajat

Terkait dalam keutamaan sebuah menuntut ilmu satu ini, dalam Alquran sendiri Allah SWT akan berfirman: “Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kalian serta orang-orang yang diberi ilmu sebanyak beberapa derajat.” (Al-Mujadalah: 11).

Mengenai tafsiran atau arti dalam ayat ini, Imam Syaukani berkata: “Dan makna ayat ini bahwasanya Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dari orang-orang yang tidak beriman, serta mengangkat beberapa derajat bagi orang-orang yang berilmu (serta beriman) dari orang-orang yang hanya dengan beriman. Maka barang siapa yang menggabungkan antara iman serta ilmu maka Allah akan mengangkatnya beberapa derajat atas imannya, lalu Allah mengangkat derajatnya atas seluruh ilmunya.”

Hukum dalam Menuntut Ilmu

Ilmu seperti apa yang harus dan wajib dipelajari oleh warga umat Islam? Tentu bukan sebuah ilmu yang tidak bermanfaat untuk kehidupan dunia serta akhiratnya. Terdapat ilmu yang tidak wajib dipelajari, bahkan hukumnya haram serta berdosa bila dipelajari.

Untuk sebuah ilmu yang bermanfaat, maka dalam mempelajarinya akan memberikan sebuah konsekuensi pahala. Berikut ini beberapa hukum menuntut ilmu-ilmu yang wajib seperti dilansir pada halaman kemdikbud.go.id:

Hukum fardhu kifayah ini berlaku pada ilmu yang perlu ada pada kalangan umat Islam, agar tidak hanya kaum di luar Islam yang dapat menguasai ilmu tersebut.  Misalnya seperti ilmu kedokteran, ilmu falaq, perindustrian, ilmu bahasa, ilmu komunikasi, ilmu nuklir, ilmu komputer, serta lainnya.

Hukum ini akan berlaku bila ilmu yang dimaksud dilarang untuk ditinggalkan oleh para umat Islam pada segala situasi serta kondisi.  Sebagai contohnya, ilmu agama Islam, ilmu dalam mengenal Allah Subhanahu wata’ala dengan seluruh sifat-Nya, serta ilmu tata cara beribadah, serta yang terkait pada kewajiban sebagai muslim.

Manfaat yang akan terus mengalir walaupun sudah meninggal

Rasulullah SAW bersabda: “Apabila anak serta cucu Adam meninggal dunia, maka akan terputuslah amalannya kecuali dengan tiga jalur: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat serta anak shalih yang senantiasa akan mendoakannya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Siapa yang tidak ingin terus menerus untuk bisa mendapatkan pahala walaupun telah meninggal dunia. Hal tersebut akan didapatkan oleh orang yang telah bersungguh-sungguh saat menuntut ilmu. Karena, ilmu tersebut tidak hanya bermanfaat untuk dirinya, namun juga berpengaruh untuk orang lain.

Keutamaan dalam ilmu ini sebaiknya bisa sebab untuk para setiap Muslim senantiasa bersemangat serta bersungguh-sungguh dalam perjalanan menuntut ilmu.

Syaikh Az Zarnuji juga mengatakan, bahwa dalam antara hal yang penting pada menuntut ilmu yang perlu diperhatikan yaitu fil jiddi atau kesungguhannnya. Apabila sesuatu dilakukan dengan kesungguhan, maka Allah subhanahu wa ta’ala akan memberi keberhasilan di dalamnya. Selain kesungguhan (al jiddu), yang juga perlu diiringi dengan sebuah sikap kesungguhan yang kemudian terus menerus (al muwazobah) serta komitmen (al muzallimah) atas menuntut ilmu. Tiga sikap tersebut harus terus ada dalam diri seorang pelajar serta berjalan beriringan, tidak dapat hanya menjalani salah satunya saja.

Wajib untuk setiap pelajar, yang bersungguh-sungguh, terus menerus, serta komitmen, tidak berhenti jika tujuannya dalam menuntut ilmu dapat tercapai. Sebagaimana dalam firman Allah QS. Maryam: 12 yang artinya, “Wahai Yahya, ambillah kitab itu dengan kuat”, serta dalam QS Al Ankabut: 69 yang pada artinya, “Dan pada orang-orang berjuang, untuk bisa mencari keridhaan Kami, niscaya Kami akan tunjukkan mereka jalan-jalan menuju kita”.

Diucapkan Az Zarnuji, barangsiapa yang sudah mencari sesuatu serta dilakukannya dengan sikap sungguh-sungguh, pasti mereka akan mendapatkannya. Serta barangsiapa yang mengetuk pintu secara terus menerus, pasti bisa masuk. Dikatakannya pula, bahwa dengan sesuai kesungguhannya, seseorang pasti akan bisa mendapatkan apa yang menjadi harapannya.

Dalam makna kesungguhan ini, Az Zanurji menjelaskan dalam kesulitan yang dihadapi seseorang akan bisa selesai dalam kesungguhan, terutama ketika kesulitan yang sudah dihadapi saat proses belajar. Allah akan bisa memberikan pertolongan pada seseorang bila Allah menghendaki. Kesulitan bisa selesai dengan kesungguhan menjadi sebuah anugerah dari Allah subhanahu wa ta’ala serta dalam kekuasaan-Nya.

Kesungguhan di dalam belajar serta memperdalam sebuah ilmu bukan hanya dari sebbuah pelajar semata namun dalam kesungguhan ini juga diperlukan kesungguhan dari tiga (3) orang, yakni pelajar (murid), guru, serta orang tua. Apabila murid, guru, serta orang tua sungguh-sungguh, insya Allah hal tersebut akan berhasil, kesulitan menuntut ilmu, dalam belajar akan bisa selesai.

Manusia yang diperintahkan Allah untuk belajar serta menuntut ilmu. Hanya saja memang kualitas terhadap akal manusia itu dengan kapasitas yang berbeda-beda. Kesungguhan inilah yang menjadi sebuah kunci. Dengan kesungguhan tersebut, sesuatu yang sulit itu akan dimudahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Allah SWT Akan Meninggikan Derajat

Terkait dalam keutamaan sebuah menuntut ilmu satu ini, dalam Alquran sendiri Allah SWT akan berfirman: “Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kalian serta orang-orang yang diberi ilmu sebanyak beberapa derajat.” (Al-Mujadalah: 11).

Mengenai tafsiran atau arti dalam ayat ini, Imam Syaukani berkata: “Dan makna ayat ini bahwasanya Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dari orang-orang yang tidak beriman, serta mengangkat beberapa derajat bagi orang-orang yang berilmu (serta beriman) dari orang-orang yang hanya dengan beriman. Maka barang siapa yang menggabungkan antara iman serta ilmu maka Allah akan mengangkatnya beberapa derajat atas imannya, lalu Allah mengangkat derajatnya atas seluruh ilmunya.”