Gambar Lambang Asean Beserta Keterangannya
Pakaian Adat Gorontalo
Baju Karai dan Wuyang
Pakaian adat dari Sulawesi Utara yang pertama adalah Baju Karai dan Wuyang. Kedua baju ini berasal dari Minahasa dan telah dilestarikan secara turun temurun oleh leluhur.
Untuk Baju Karai dikenakan oleh kaum pria, sedangkan Wuyang dikenakan oleh kaum wanita.
Sebenarnya, Baju Karai tidak memiliki lengan, lurus, memiliki warna hitam dan berbahan dari ijuk. Namun, ada juga yang memiliki lengan panjang dan memakai kerah, pakaian itu bernama Baju Baniang.
Bagian bawah atau celana tergolong sangat sederhana sebab hanya terdiri dari celana pendek hingga celana panjang seperti piyama.
Untuk Baju Wuyang yang dikenakan kaum wanita, memiliki bahan dari kulit kayu dan berbentuk seperti kebaya. Kemudian ada juga tambahan blus atau gaun yang disebut sebagai Pasalongan Rinegetan.
Ternyata ada perpaduan budaya dalam pakaian adat Minahasa, yaitu dipengaruhi dari Tiongkok dan juga Eropa, lebih tepatnya Spanyol. Pada pakaian wanita memiliki pengaruh dari Spanyol yaitu pada kebaya yang memiliki lengan panjang dan dipadukan dengan rok bervariasi.
Lalu, untuk sentuhan Tiongkok terdapat pada kebaya dengan warna putih dan dipadukan dengan kain khas Tiongkok dengan motif burung dan bunga.
Pada pakaian pria, terdapat sentuhan Spanyol pada baju lengan panjang atau Baniang yang memiliki model seperti jas tutup dengan celana panjang.
Bahan yang digunakan pada pakaian ini berasal dari kain blacu berwarna putih.
Pakaian Adat Sulawesi Tenggara
Pakaian Adat Sulawesi dan Gambarnya
Makna Lambang Pramuka
Gerakan Pramuka adalah sebuah organisasi pendidikan non formal yang menyelenggarakan gerakan kepanduan. Sebagai tanda pengenal, Gerakan Pramuka memiliki lambang sebagai identitas tetap agar mudah dikenali. Lambang dari Gerakan Pramuka ini adalah sebuah tunas kelapa yang berupa bayangan atau siluet.
Pengetahuan terkait lambang Gerakan Pramuka juga menjadi salah satu materi wajib dalam Syarat Kecakapan Umum (SKU) Gerakan Pramuka Indonesia. Hal ini tertera dalam SKU Siaga Mula, SKU Siaga Bantu, SKU Siata Tata, dan SKU Penggalang Ramu.
Pada Siaga Mula, Siaga Bantu, dan Tata Usaha, pengetahuan tentang lambang ini berada pada syarat nomor 6. Sedangkan pada Penggalang Ramu, materi ini terdapat pada syarat nomor 14.
Lambang Tunas Kelapa ini dipilih tentu karena memiliki pertimbangan makna yang dalam. Adapun makna dari lambang pramuka tunas kelapa adalah sebagai berikut.
1. Tunas kelapa memiliki nama lain ‘Cikal’
Buah kelapa disebut juga dengan buah nyiur. Saat buah kelapa sedang bertunas, maka buah tersebut dikenal dengan sebutan Cikal. Dalam bahasa Indonesia, Cikal memiliki arti sebagai penduduk asli yang pertama, yang menurunkan generasi baru.
Cikal dalam pramuka ini dapat berarti sebagai pemula atau pertama dalam meneruskan generasi yang akan datang. Oleh karena itu, gerakan pramuka memilih tunas kelapa sebagai lambang, karena gerakan pramuka memiliki generasi baru yang akan melanjutkan tujuan dan cita-cita kepanduan.
Ini juga menjelaskan, jika setiap anggota pramuka adalah inti dari keberlangsungan hidup gerakan pramuka dan bangsa Indonesia.
2. Kelapa memiliki daya tahan yang kuat
Selain karena tunas kelapa yang berarti pemula, lambang ini juga dipilih karena memiliki daya tahan hidup yang kuat. Karena ternyata, buah kelapa dapat bertahan hidup lebih lama dan dapat hidup dalam keadaan apapun.
Oleh sebab itu lah, lambang pramuka ini digunakan karena memiliki makna bahwa setiap anggota pramuka adalah seseorang yang kuat, sehat secara jasmani dan rohani, ulet, dan memiliki tekad yang besar untuk menghadapi berbagai tantangan serta ujian.
Anggota pramuka juga diharapkan akan menggunakan kemampuannya itu untuk mengabdikan diri pada Tanah Air tercinta, Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Kelapa dapat tumbuh di mana saja
Karena daya tahan buah kelapa yang kuat ini, mereka pun akhirnya dapat tumbuh dimana saja. Karena kekuatannya itu, mereka pun pada akhirnya diharapkan agar dapat selalu meneruskan hidupnya dimanapun mereka berada.
Dengan demikian, gerakan pramuka memiliki harapan agar setiap anggota pramuka dapat menghadapi berbagai masalah yang datang. Selain itu, diharapkan pula anggota pramuka dapat menyesuaikan diri mereka terhadap lingkungan mereka dimanapun mereka berada.
Oleh karena itu, gerakan pramuka juga ingin membuktikan bahwa seluruh anggota pramuka dapat diandalkan serta mampu berbaur dengan masyarakat lainnya.
4. Kelapa dapat tumbuh tinggi
Pemilihan suatu lambang untuk identitas organisasi pasti memiliki makna yang mendalam. Hal ini seperti gerakan pramuka yang memilih tunas kelapa sebagai lambang resminya.
Pemilihan tunas kelapa sebagai lambang pramuka tentu diambil berdasarkan karakteristik pohon kelapa itu sendiri. Pohon kelapa memiliki karakteristik sebagai pohon yang dapat tumbuh tinggi menjulang dan lurus ke atas.
Karena hal itulah, melalui lambang tunas kelapa ini, gerakan pramuka memberi makna jika setiap anggota pramuka itu harus mempunyai cita-cita yang lurus dan tinggi.
Gerakan pramuka juga ingin agar anggotanya tidak mudah goyah dari suatu hal dan memiliki sikap yang jujur serta mulia.
5. Akar kelapa dapat menancap tanah dengan kuat
Untuk dapat tumbuh, akar dari buah nyiur atau kelapa ini dapat menancap dengan kuat di tanah. Hal itu lah yang menjadi salah satu alasan mengapa tunas kelapa dipilih untuk menjadi lambang dari gerakan pramuka Indonesia.
Karena dari akar buah kelapa ini, dapat melambangkan keinginan dan keyakinan setiap anggota pramuka yang kuat. Keinginan dan keyakinan yang dimiliki anggota pramuka ini tentulah didasari pada hal yang baik, benar, kuat, dan juga nyata.
6. Pohon kelapa adalah tumbuhan yang serba guna
Hal yang menjadi inti dari pemilihan tunas kelapa sebagai lambang gerakan pramuka Indonesia adalah karena pohon kelapa merupakan tumbuhan yang serba guna. Pohon kelapa ini memiliki sebutan pohon seribu guna karena memiliki banyak manfaat.
Dari akar hingga buahnya, pohon kelapa itu dapat dimanfaatkan oleh seluruh manusia di muka bumi ini. Ini juga berarti bahwa setiap anggota pramuka diharapkan dapat menjadi manusia yang berguna dan bisa diandalkan.
Anggota pramuka juga diharapkan dalam membuktikan diri untuk siap berbakti kepada tanah air, bangsa, negara, dan kepada seluruh manusia. Oleh sebab itu, anggota pramuka harus selalu siap dalam kondisi apapun. Tindakan anggota pramuka pun harus berdasarkan pada kemanusiaan.
Busana Tonaas dan Walian Wangko
Busana Tonaas memiliki ciri seperti baju kemeja yang berlengan panjang dan memiliki kerah tinggi. Untuk model bajunya lurus dan memiliki kancing serta tidak memiliki saku.
Pakaian ini memiliki warna hitam dengan motif bunga padi berwarna kuning keemasan di bagian leher baju, ujung lengan dan sepanjang ujung baju bagian depan yang terbelah.
Pakaian ini juga sering dipadukan dengan topi berwarna merah dengan motif bunga padi berwarna kuning keemasan.
Untuk pria Minahasa juga bisa mengenakan Walian Wangko namun dengan modifikasi dari baju Tonaas Wangko. Model bajunya panjang semacam jubah dengan warna putih dan hiasan corak bunga padi.
Biasanya dilengkapi dengan topi porong nimiles yang terbuat dari bahan lilitan dua buah kain berwarna merah-hitam dan kuning-emas.
Untuk busana Walian Wangko pada wanita berupa baju kebaya panjang berwarna putih atau ungu.
Pada potongan baju tidak memiliki kerah dan kancing, ketika dipakai dapat dipadukan dengan kain sarong batik berwarna gelap dan juga topi mahkota yang disebut juga dengan kronci.
Biasanya sering dilengkapi juga dengan selempang berwarna kuning atau merah, selop, kalung leher dan juga sanggul. Untuk hiasan memiliki motif bunga terompet.
Buasan Tonaas dan Wallian Wangk sering digunakan dalam acara penting dan resmi oleh semua kalangan.
Busana ini tidak digunakan dalam kegiatan sehari-hari oleh karena itu tidak bisa digunakan dalam sembarang kegiatan.
Pakaian Adat Sulawesi Utara
Pakaian Adat Sulawesi Selatan
Baju Bodo merupakan pakaian adat masyarakat Bugis-Makassar, nama Baju Bodo diambil dari penamaan Makassar, sedangkan dalam Bahasa Bugis bernama Waju Ponco. Baju Bodo sendiri memiliki arti baju pendek.
Baju Bodo memiliki bentuk persegi yang terlihat semacam balon dengan lengan pendek dan hanya setengah siku.
Sebenarnya ada dua macam Baju Bodo, ada yang panjang dan juga pendek, untuk yang panjang memiliki ukuran sampai bawah betis, sedangkan yang pendek hanya seukuran pinggang.
Untuk warna pada Baju Bodo dominan dengan warna terang dan dapat menunjukkan identitas, usia dan status sosial wanita yang mengenakannya.
Contohnya, untuk warna jingga digunakan pada usia 10 tahun, lalu untuk jingga dan merah biasanya dikenakan pada anak perempuan berusia 10-14 tahun, dan warna merah dikenakan pada perempuan berusia 17-25 tahun.
Untuk warna putih hanya dikenakan perempuan dengan kelas bawah, dan hijau untuk kalangan bangsawan, sedangkan ungu untuk janda.
Ketika dipakai, Baju Bodo akan dipadukan dengan sarung tradisional yang bernama lipa ang memiliki motif kotak-kotak.
Lalu, dapat dilengkapi dengan aksesoris berwarna emas pada hiasa kepala, kalung, gelang, dan lain sebagainya.
Baju Bella Dada digunakan oleh kaum pria Makassar, arti dari Bella Dada itu sendiri adalah baju dengan belahan dada.
Untuk modelnya, memiliki lengan yang panjang dengan kerah di leher dan terdapat kancing dengan warna emas atau perak. Juga ditambahkan saku di bagian kiri dan kanan baju.
Untuk bagian bawah yang mana celana disebut dengan Paroci, celana ini dibalut dengan sarung atau lipa garusu.
Biasanya pakaian ini dilengkapi dengan penutup kepala bernama passapu. Selain penutup kepala, baju ini juga dilengkapi dengan aksesoris gelang, badik, dan hiasan lainnya.
Baju Bella Dada merupakan baju tradisional yang berupa kain tradisional tanpa adanya motif dan berwarna terang mencolok seperti merah dan hijau.
Biasanya kaum pria Makassar mengenakan pakaian ini pada sebuah acara upacara adat, pernikahan, kenegaraan, dan acara formal lainnya.
Baju Koje dan Puruka Pajana
Baju Koje dan Puruka Pajana berasal dari suku Kaili dan dikenakan oleh kaum pria. Baju Koje dan Puruka Pajana memiliki dua bagian.
Untuk Koje memiliki nama lain baju Ceki, baju ini berbentuk kemeja yang memiliki lengan panjang dan kerah yang tegak agar pas di leher.
Biasanya Suku Kaili akan mengenakan pakaian ini yang dipadukan dengan bawahan atau celana yang disebut sebagai Puruka Pajana.
Bentuk dari Puruka Pajana ketat dan sebatas pada lutut namun dengan ukuran yang lebar.
Terbuat semacam itu agar memberikan ruang gerak bagi pemakainya agar lebih nyaman dan mudah duduk serta berjalan.
Biasanya pakaian ini dilengkapi dengan sarung, keris, serta aksesoris berupa destar dan penutup kepala.
Pakaian adat Suku Kaili ini bernama Nggembe dan dikenakan olleh kaum wanita.
Pakaian ini berupa busana atasan berbentuk segi empat dan dipadukan dengan blus panjang sebatas pinggang, dengan kerah bulat, dan memiliki lengan selebar kain.
Biasanya Nggembe akan dilengkapi dengan penutup dada dan hiasan payet dengan dipadukan bawahan sarung tenun Donggala.
Sarung tenun Donggala merupakan sebuah aksesoris bagian bawah yang dipadukan dengan hiasan benang emas dan pada bagian dalam disebut dengan Buya Sabe Kumbaja
10 Nama Pakaian Adat Batak Beserta Keunikan, Gambar, dan Penjelasannya